Hari Kebaya Nasional : Mewujudkan Keindahan Budaya dan Kesetaraan Perempuan

oplus 131072

JAKARTA, lintasskandal.com – Kebaya adalah representasi kearifan lokal masyarakat multi kultural. Beberapa komunitas kebaya yang tergabung dalam Tim Nasional Kebaya Indonesia yang dipimpin Lana T.Koentjoro telah memperjuangkan Hari Kebaya Nasional dan mendaftarkan Kebaya di UNESCO sebaga warisan budaya tak benda bangsa Indonesia.

Melalui Keputusan Presiden RI Nomor: 19 tahun 2023, Pemerintah telah menetapkan tanggal 24 Juli sebagai Hari Kebaya Nasional.

Tanggal 24 Juli 2024 menjadi tonggak sejarah bagi perempuan Indonesia yang telah menginisiasi lahirnya Hari Kebaya Nasional. Tahun ini untuk pertama kalinya Hari Kebaya Nasional diperingati sebagai bagian dari perjalanan Panjang perempuan Indonesia dalam mengisi kemerdekaan Indonesia yang akan memasuki usia yang ke-79 tahun.

Busana kebaya bahkan ikut mewarnai sejarah perjalanan bangsa Indonesia, dikenakan para perempuan pejuang. Para perempuan Indonesia yang hadir di Kongres Perempuan pertama juga mengenakan kebaya.

Panitia Hari Kebaya Nasional yang dimotori 11 organisasi perempuan yang tergabung dalam Tim Nasionala Kebaya Indonesia yakni, Perempuan Indonesia Maju, Pertiwi Indonesia, Kebaya Foundation, Perempuan Berkebaya Indonesia, Komunitas Notaris Indonesia Berkebaya, Pecinta Sanggul Nusantara, Cinta Budaya Nusantara, Rampak Sarinah, Sekar Ayu Jiwanta, Citra Kartini Indonesia, Yayasan Busana Nasional Nusantara, serta Himpunan Ratna Busana Surakarta. akan menggelar parade memperingati Hari Kebaya Nasional pada 21 Juli 2024 yang akan diikuti ribuan peserta dari berbagai komunitas pecinta kebaya di DKI Jakarta dan berbagai daerah lainnya.

Persiapan yang dilakukan panitia terus berprogres, hal ini terkonfirmasi pada rapat koordinasi persiapan Parade Kebaya Nasional bersama Kementrian Pemberdayaan, Perlindungan Perempuan Anak (PPPA), Kementrian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi, Kemenko Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (PMK) di ruang rapat Kartini Kementrian PPPA, Kamis (11/7/2024).

Baca juga :  Tingkatkan Daya Beli Masyarakat, Gubernur Khofifah Adakan Pasar Murah di Jember

“Untuk kegiatan Hari Kebaya Nasional pertama, Panitia bersama Timnas Kebaya Nasional bekerjasama dengan Kementrian PPPA, Kementrian Dikbud, Riset dan Teknologi, Kemenko PMK dan komunitas pecinta kebaya dan organisasi perempuan,” ujar Lana T,Koentjoro Ketua Panitia di Plasa FX Senayan.

Menurutnya, perhelatan tersebut akan dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan Car Free Day (CFD).

Parade Kebaya Nasioana akan dimulai dari Jalan Sudirman (Depan Panin Bank) dan berakhir di Plasa FX Senayan.

Masyarakat bisa mengikuti parade bersama ibu dan anak dari berbagai organisasi dan menyaksikan berbagai pertunjukan parade kebaya dari berbagai motif dan betuk, musik tradisional angklung, kulintang dan flash mob Kebaya Indonesia. Panitia juga akan menyajikan berbagai hiburan hingga door price bagi peserta.

“Kami melibatkan Kementrian PPPA dan Kementrian Dikbud, Riset dan Teknologi karena perayaan Hari Kebaya Nasional yang pertama ini akan dibarengi dengan perayaan Hari Anak Nasional yang jatuh pada tanggal 23 Juli,” ujar Lana Koentjoro Ketua Umum Perempuan Indonesia Maju yang juga sebagai pembina perkumpulan perusahaan media online Media Indonesia Online Indonesia (MIO INDONESIA).

Sementara itu, Tuti Rusdiono dari Kebaya Foundation mengatakan, peringatan Hari Kebaya Nasional di Indonesia bertujuan untuk merayakan dan menghargai kebaya sebagai salah satu warisan budaya bangsa.

“Kebaya adalah pakaian tradisional yang memiliki nilai sejarah dan budaya yang penting bagi masyarakat Indonesia. Peringatan ini juga dimaksudkan untuk meningkatkan kesadaran akan pentingnya melestarikan kebaya dan mengapresiasi keragaman serta kekayaan budaya yang ada di Indonesia,” ujar Tuti.

Sementara itu Bunda Indah dari Sekar Ayu Jiwanta mengatakan, melestarikan kebaya sebagai bagian dari budaya Indonesia menghadapi beberapa tantangan, antara lain, modernisasi dan globalisasi, perubahan gaya hidup, kurangnya kesadaran dan apresiasi dari masyarakat.

Baca juga :  Menteri PUPR Resmikan Gedung Auditorium dan Enterpreneurship Universitas Brawijaya Malang

Dengan perkembangan fashion global, banyak orang yang lebih tertarik pada tren busana modern daripada pakaian tradisional seperti kebaya. Gaya hidup yang semakin praktis dan cepat membuat banyak orang merasa bahwa kebaya kurang nyaman dan praktis untuk dikenakan, terutama dalam kegiatan sehari-hari.

“Bagi generasi muda mungkin kurang mengenal sejarah dan nilai budaya yang terkandung dalam kebaya. Tanpa pengetahuan dan apresiasi ini, minat untuk melestarikan kebaya bisa menurun,” lanjut Bunda Indah.

Untuk menghadapi tantangan-tantangan ini, diperlukan upaya bersama dari berbagai pihak, termasuk pemerintah, desainer, pelaku industri fashion, dan masyarakat umum. Promosi kebaya melalui media sosial, acara budaya, dan pendidikan tentang pentingnya melestarikan warisan budaya dapat membantu menjaga kebaya tetap hidup dan dihargai. (red)